Jurnalistik

Mengapa saya kuliah jurnalistik?
Tulis menulis adalah hobby saya, saya sering mengungkapkan perasaan dengan tulisan dan ada keindahan tersendiri dalam tulisan yang benar-benar mewakilkan perasaan dan pikiran, ketika dibaca kembali di lain waktu. Dalam mata pelajaran pendidikan jurnalistik, harapan saya ingin tahu tentang tata cara tulis menulis, tatanan bahasa yang indah, sopan, dan dapat mewakilkan perasaan yang sebenarnya dari hati, karena kendala saya ketika saya mulai menulis sering kebingungan kata-kata, sehingga kata-kata dalam tulisan tersebut kurang pas dengan keinginan hati.
Mengapa perlu mata kuliah jurnalistik di fakultas tarbiah?
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mampu menyampaikan penjelasan dengan baik, sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa. Jurnalistik berperan penting tehadap kemampuan guru berinteraksi dengan siswa baik dalam pembicaraan ataupun tulisan dan media pembelajaran. Oleh karena itu fakultas tarbiyah memerlukan mata kuliah jurnalistik untuk mencetak calon guru yang profesional.
Lingkungan Kos
Sunan Derajat II No 9 adalah kosan putri GAPIKA yang terdiri dua lantai, lokasi kos di daerah kampus UIN MALIKI MALANG, bagi saya lingkungan kos ini sangat strategis karena tidak butuh waktu lama untuk berangkat kuliah ke kampus, selain tempatnya yang strategis lingkungan kos nyaman, sejuk dan asri. Daerah Sunan Derajat II berjejer rumah-rumah kos putri.
Kamar saya berada di lantai bawah yang terdiri dari delapan kamar, dikamar saya berdua dengan sorang teman. Suasana kos sering sepi dan tidak bising, karena kesibukan teman-teman kos masing-masing terutama di siang hari. Sesekali kita berkumpul di ruang TV untuk meluangkan waktu bersama, makan, dan bersenda gurau dan biasanya pada malam hari ketika kegiatan-kegiatan dan akvitas kuliah selesai. Interaksi kami memang tidak terlalu dekat akan tetapi tidak juga individual.
Lingkungan Kampus
Saya adalah mahasiswa semester VII di fakultas Tarbiayah jurusan PAI, saya termasuk mahasiswa yang tidak aktif mengikuti organisasi dan kegiatan kegiatan lainnya di kampus. Lingkungan kampus UIN kental dengan keIslamaanya, seperti mewajibkan para mahasiswi untuk memakai kerudung, suasana yang lebih mendukung keIslaman di kampus UIN yaitu adanya asrama atau ma’had, masjid, dan rumah para pengasuh juga dilengkapi dengan kantin asrama untuk mahasiswa putri dan putra yang tidak boleh dimasuki oleh kaum laki-laki di lingkungan asrama putri. Di ma’had kami di didik untuk menjadi ulama yang intelektual maupun intelektual yang ulama, yang memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan keseluruhan dengan kegiatan-kegiatan keilmuwan dan keagamaan yang di terapkan dalam keseharian.
ARTIKEL
1. Bakar diri dalam demokrasi SBY
Sondang Hutagalung telah meninggalkan dunia ini selama-lamanya, pada hari sabtu 10 Desember sore hari. Polisi belum menyampaikan pernyataan resmi terkait motif, aksi bakar diri Sondang di depan Istana Negara.
Dalam konteks perjuangan politik di Indonesia, aksi bakar diri Sondang merupakan yang pertama terjadi sejak era reformasi. Peristiwa ini sangat menyengat nurani karena terjadi dalam politik yang demokratis.
Harapan kita, pilihan yang ditempuh oleh Sondang menjadi yang terahir untuk pengorbanan jiwa yang menuntut keadilan dan kebenaran, walaupun aksi ini tidak layak dilakukan, namun maksud aksi bakar diri merupakan ekspresi penentangan terhadap pemerintahan yang selalu bungkam dengan suara rakyat yang menuntut keadilan hukum Indonesia. Pemerintah seharusya mempunyai nurani yang dalam terhadap aksi ini dengan mengevaluasi pemerintahan untuk menegakkan hukum undang-undang yang adil karena masyarakat banyak dibingungkan oleh politik pemerintahan yang tidak jelas. Seakan-akan kebenaran susah didapatkan dan kejahatan dirahasiakan oleh kalangan politisi.
2. Petani Protes Impor Jagung
Petani jagung di Sumatra Utara, khususnya Kabupaten Karo, meminta pemerintah menghentikan impor jagung saat panen raya. Impor telah membuat harga jagung merosot menjadi Rp 1.600-Rp 1.800 per kilogram. Padahal, harga jagung pernah menyentuh Rp 2.700 per kg.
Budi Mulia Ginting, petani jagung mengatakan, petani juga kesulitan mendapatkan modal untuk 1 hektar kebun jagung, dibutuhkan modal Rp 10 juta dengan produksi 10 ton. Jika harga Rp. 1.800 per kg, petani mendapatkan hasil Rp. Rp 8 juta-2 juta perbulan.
Data badan Pusat statistic Sumut menunjukkan impor jagung terus meningkat setiap tahun. Tahun 2010, jagung impor ke sumut 6,171 juta ton, naik 925.000 ton dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 5,236 juta ton. Hingga Oktober 2011, tercatat impor jagung mencapai 5,593 juta ton. Naik lebih dari 500.000 ton dibandingkan dengan periode serupa tahun 2010 sebanyak 5,027 juta ton. Impor jagung itu dari India, Amerika Serikat, Pakistan, Myanmar, Thailand, dan Argentina.
Kepedulian pemerintah sangat ditunggu-tunguu oleh masyarakat, terutama kalangan kelas bawah seperti nelayan, buruh, petani dan lain sebagainya. Para petani dengan sekuat tenaga bercocok tanam untuk bertahan hidup dengan lapangan pekerjaan seadanya, berharap dapat melangsungkan kehidupan dengan baik dan dapat menyekolahkan anak-anak meraka yang tak lepas dari biaya pendidikan seperti buku, seragam, SPP, dan lain-lain. Upaya yang meraka lakukan terhadap tanah negri ini tidak ada dukungan dari pihak pemerintah, bahkan mereka menutup mata atas jerih payah dan cucuran keringat para petani. Harapan besar mereka menunggu panen menjadi kekecewaan kenyataan harga jagung yang merosot. Jika pemerintah tidak ada pengawasan impor yang semakin meningkat, nasib para petani akan semakin terancam, sehingga masyarakat sedikit demi sedikit meninggalkan profesi sebagai petani, kalau demikian apalah jadinya jika tanah negri yang subur ini tidak dimanfaatkan?



1. PENGERTIAN DAN SEJARAH JURNALISTIK
Kegiatan jurnalistik sebenarnya sudah lama dikenal manusia di dunia ini, karena selalu hadir di tengah-tengah kita, seiring dengan kegiatan pergaulan hidup manusia yang dinamis, terutama sekali di era informasi dan komunikasi dewasa ini.

Pengertian atau definisi jurnalistik sangat banyak. Secara etimologi, jurnalistik berasal dari dua suku kata, yakni jurnal dan istik. Jurnal berasal dari bahasa Perancis, jounal, yang berarti catatan harian. Dalam bahasa Latin, juga ada kata yang hampir sama bunyi dan upacannya dengan journal yakni diurna, yang mengandung arti hari ini.

Pada zaman Kerajaan Romawi Kuno saat Julius Caesar berkuasa, dikenal istilah acta diurna yang mengandung makna rangkaian akta (gerakan, kegiatan, dan kejadian).Kata istik merujuk pada istilah estetika yang berarti ilmu pengetahuan tentang keindahan. Keindahan dimaksud adalah mewujudkan berbagai produk seni dan atau keterampilan dengan menggunakan bahan-bahan yang diperlukan, seperti kayu, batu, kertas, cat, atau suara. Dalam hal ini meliputi semua macam bangunan, kesusastraan, dan musik.

Hasil seni dan atau keterampilan dimaksud mengandung nilai-nilai yang bisa diminati dan dinikmati manusia pengagumnya, karena keindahan tersebut mengandung makna yang luas, serta mencakup sifat-sifatnya yang obyektif dan subyektif. Dengan demikian, secara etimologis, jurnalistik dapat diartikan sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa sehari-hari. Karya seni dimaksud memiliki nilai keindahan yang dapat menarik perhatian khalayaknya (pembaca, pendengar, pemirsa), sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.
Di dalam istilah jurnalistik juga terkandung makna sebagai suatu seni dan atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi dalam bentuk berita secara indah agar dapat diminati dan dinikmati, sehingga bermanfaat bagi segala kebutuhan pergaulan hidup khalayak.

Secara lebih luas, pengertian atau definisi jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayak sesuaia dengan kehendak para jurnalisnya. (Kustadi Suhandang, 2004 : 21). Masih banyak definisi atau pengertian jurnalistik, antara lain kejadian pencatatan dan atau pelaporan, serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari (Astrid S. Susanto, 1986, Komunikasi Massa, Hal. 73). Onong Uchjana Effendy (1981: 102) menyatakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarluasannya kepada masyarakat.

A.W. Widjaja (1986: 27) menyebutkan bahwa jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu secepat-cepatnya. Ensiklopedi Indonesia secara rinci menerangkan bahwa jurnalistik adalah bidangprofesi yang mengusahakan penyajian informasi tengang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada. Secara harfiah, jurnalistik artinya kewartawanan atau hal-ikhwal pemberitaan. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis di surat kabar, majalah, dan media massa lainnya.

SEJARAH JURNALISTIK
Ada yang berpendapat bahwa Nabi Nuh, adalah orang pertama yang melakukan pencarian dan penyampaian berita. Dikisahkan bahwa pada waktu itu sebelum Allah SWT menurunkan banjir besar, maka diutuslah malaikat menemui dan mengajarkan cara membuat kapal laut sampai selesai kepada Nabi Nuh. Kapal tersebut dibuat di atas bukit dan bertujuan mengevakuasi Nabi Nuh bersama sanak keluarganya dan seluruh pengikutnya yang saleh dan segala macam hewan masing-masing satu pasang.

Setelah semua itu dilakukan, maka turunlah hujan selama berhari-hari yang disertai angin kencang dan kemudian terjadilah banjir besar. Dunia pun dengan cepat menjadi lautan yang sangat besar dan luas. Nabi Nuh bersama orang-orang yang beriman lainnya dan hewan-hewan di dalam kapal laut, berlayar dengan selamat di atas gelombang lautan banjir yang sangat dahsyat.
Setelah berbulan-bulan lamanya, Nabi Nuh beserta orang-orang beriman lainnya mulai khawatir dan gelisah, karena persediaan makanan mulai berkurang. Masing-masing penumpang pun mulai bertanya-tanya, apakah banjir besar itu memang tidak berubah atau bagaimana? Mereka pun berupaya mencari dan meminta kepastian. Atas permintaan dan desakan tersebut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk meneliti keadaan air dan kemungkinan adanya makanan.

Setelah beberapa lama burung itu terbang mengamati keadaan air, dan kian kemari mencari makanan, ternyata upayanya sia-sia belaka. Burung dara itu hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun (olijf) yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun di patuknya dan dibawanya pulang ke kapal. Atas datangnya kembali burung itu dengan membawa ranting zaitun, Nabi Nuh mengambil kesimpulan bahwa air bah sudah mulai surut, namun seluruh permukaan bumi masih tertutup air, sehingga burung dara itu pun tidak menemukan tempat untuk istirahat. Maka kabar dan berita itu pun disampaikan Nabi Nuh kepada seluruh anggota penumpangnya.

Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) yang pertama kali di dunia. Malah ada yang menyimpulkan bahwa Kantor Berita pertama di dunia adalah Kapal Nabi Nuh.

Dalam sejarah Kerajaan Romawi disebutkan bahwa Raja Imam Agung menyuruh orang membuat catatan tentang segala kejadian penting. Catatan itu dibuat pada annals (papan tulis yang digantungkan di serambi rumah raja). Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya. Pengumuman sejenis itu dilanjutkan oleh Julius Caesar pada zaman kejayaannya. Julius Caesar mengumumkan hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan menuliskannya pada papan pengumuman berupa papan tulis pada masa itu (60 SM). Papan tulis itu dikenal dengan nama acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. Terhadap isi acta diurna tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan juga boleh mengutipnya untuk kemudian disebarluaskan dan dikabarkan ke tempat lain. Acta diurna itulah yang disebut-sebut sebagai cikal bakal lahirnya surat kabar harian.

Seiring kemajuan teknologi informasi, maka yang bermula dari laporan harian maka tercetaklah menjadi surat kabar harian. Dari media cetak berkembang ke media elektronik, dari kemajuan elektronik terciptalah media informasi berupa radio. Tidak cukup dengan radio yang hanya berupa suara muncul pula terobosan baru berupa media audio visual yaitu TV (televisi). Media informasi tidak puas hanya dengan televisi, maka lahirlah internet, sebagai jaringan yang bebas dan tidak terbatas.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini telah lahir banyak media (multimedia). Seorang yang membuka internet, bisa sekaligus mendengar berita radio, atau mendengarkan musik, atau menonton siaran televisi.

SEJARAH JURNALISME INDONESIA
Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.

Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia. Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai media komunikasi.

Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia (TVRI) muncul dengan teknologi layar hitam putih.

Di masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan (pemberangusan) media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh nyata dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan (Deppen) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto sebagai Presiden RI, pada 1998. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi kewartawanan.
.
2. PENGERTIAN DAN SEJARAH PERS
Apa bedanya jurnalistik dengan pers? Dalam pandangan orang awam, jurnalistik dan pers seolah sama atau bisa dipertukarkan satu sama lain.Sesungguhnya tidak, jurnalistik menujuk pada proses kegiatan, sedangkan pers berhubungan dengan media. Dengan demikian jurnalistik pers berarti proses kegaitan mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah, memuat danmenyebarkan berita melalui media berkala pers yakni sura kabar, tabloid atau majalah kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.

SEJARAH PERKEMBANGAN PERS.
Pada zaman pemerintahan Cayus Julius (100-44 SM) di negara Romawi,dipancangkan beberapa papan tulis putih di lapangan terbuka di tempat rakyat berkumpul. Papan tulis yang disebut Forum Romanum itu berisi pengumuman- pengumuman resmi. Menurut isinya, papan pengumuman ini dapat dibedakan atasdua macam. Pertama Acta Senatus yang memuat laporan-laporan singkat tentangsidang-sidang senat dan keputusan-keputusannya. Kedua, Acta Diurna PopuliRomawi yang memuat keputusan-keputusan dari rapat-rapat rakyat dan berita- berita lainnya. Acta Diurna ini merupakan alat propaganda pemerintah Romawiyang memuat berita-berita mengenai peristiwa-peristiwa yang perlu diketahui olehrakyat.1

 Sejarah perkembangan pers dunia (Eropa)
Sejarah perkembangan pers di dunia khusunya di eropa tak pernah jauhmerupakan cerminan dari pada zaman Romawi dan ditandai dengan lahir wartawan-wartawan pertama. Wartawan-wartwan ini terdri atas budaj-budak belian yang leh pemiliknya diberi tugas mengumpulkan informasi, berita-berita, bahkan juga menghadiri sidang-sidang senat dan melaporkan semua hasilnya baik secara lisan maupun tulisan.Surat kabar cetakan pertama baru terbit pada tahun 911 di Cina. NamanyaKing Pau, Surat kabar milik pemerintah yang diterbitkan dengan suatu peraturankhusus dari Kaisar Quang Soo ini, isinya adalah keputusan-keputusan rapat-rapat permusyawaratan dan berita-berita dari istana.


 Perkembangan Pers Nasional

Zaman Belanda
Pada tahun 1828 di Jakarta diterbitkan Javasche Courant yang isinya memuat berita- berita resmi pemerintahan, berita lelang dan berita kutipan dari harian-harian di Eropa.Sedangkan di Surabaya Soerabajash Advertentiebland terbit pada tahun 1835 yangkemudian namanya diganti menjadi Soerabajash Niews en Advertentiebland. Di semarang terbit Semarangsche Advertentiebland dan Semarangsche Courant. Di Padang surat kabar yang terbit adalah Soematra courant, Padang Handeslsbland dan Bentara Melajoe. DiMakassar (Ujung Pandang) terbit Celebe Courant dan Makassaarch Handelsbland.

Surat-surat kabar yang terbit pada masa ini tidak mempunyai arti secara politis, karena lebihmerupakan surat kabar periklanan. Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar setiapkali terbit. Semua penerbit terkena peraturan, setiap penerbitan tidak boleh diedarkansebelum diperiksa oleh penguasa setempat.Pada tahun 1885 di seluruh daerah yang dikuasai Belanda terdapat 16 surat kabar berbahasa Belanda, dan 12 surat kabar berbahasa melayu diantaranya adalah Bintang Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar, Selompret Melayu dan TjahajaMoelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan Surat kabar berbahasa jawa Bromartani yang terbit di Solo.

Zaman Jepang
Ketika Jepang datang ke Indonesia, surat kabar-surat kabar yang ada di Indonesiadiambil alih pelan-pelan. Beberapa surat kabar disatukan dengan alasan menghemat alat-alat tenaga. Tujuan sebenarnya adalah agar pemerintah Jepang dapat memperketat pengawasan terhadap isi surat kabar. Kantor berita Antara pun diambil alih dan diteruskanoleh kantor berita Yashima dan selanjutnya berada dibawah pusat pemberitaan Jepang,yakni Domei.Wartawan-wartawan Indonesia pada saat itu hanya bekerja sebagai pegawai,sedangkan yang diberi pengaruh serta kedudukan adalah wartawan yang sengaja didatangkan dari Jepang. Pada masa itu surat kabar hanya bersifat propaganda danmemuji-muji pemerintah dan tentara Jepang.


Pers pada masa Revolusi
Pada masa ini, pers sering disebut sebagai pers perjuangan. Pers Indonesia menjadisalah satu alat perjuangan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Beberapa hari setelahteks proklamasi dibacakan Bung Karno, terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasukpers. Hal yang diperebutkan terutama adalah peralatan percetakan.Pada bulan September-Desember 1945, kondisi pers RI semakin kuat, yang ditandaioleh mulai beredarnya koran Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta),Merdeka, Independent, Indonesian News Bulletin, Warta Indonesia, dan The Voice of Free Indonesia.

Pers pada masa Demokrasi Liberal
Masa ini merupakan masa pemerintahan parlementer atau masa demokrasi liberal.Pada masa demokrasi liberal, banyak didirikan partai politik dalam rangka memperkuatsistem pemerintah parlementer. Pers, pada masa itu merupakan alat propaganda dari Par-Pol. Beberapa partai politik memiliki media/koran sebagai corong partainya. Pada masaitu, pers dikenal sebagai pers partisipan.

Pers pada masa Demokrasi Terpimpin
Pergolakan politik yang terus terjadi selama era demokrasi liberal, menyebabkanPresiden Soekarno mengubah sistem politik yang berlaku di Indonesia. Pada 28 Oktober 1956, Soekarno mengajukan untuk mengubah demokrasi liberal menjadi demokrasiterpimpin. Selanjutnya, pada Februari 1957, Soekarno kembali mengemukakan konsepdemokrasi Terpimpin yang diinginkannya. Hampir berselang dengan terjadinya berbagai pemberontakan di banyak daerah di Indonesia yang melihat sentralitas atas hanya daerahdan penduduk Jawa.Munculnya berbagai pemberontakan di daerah dan di pusat sendiri, membuatSoekarno mengeluarkan Undang-Undang Darurat Perang pada 14 Maret 1957. Selamadua tahun Indonesia terkungkung dalam perseturuan antara parlemen melawan rezimSoekarno yang berkolaborasi dengan militer. Namun, tak berselang lama, Soekarnomenerbitkan dekrit kembali ke Undang-Undang Dasar 45, disusul dengan pelaranganPartai Sosialis Indonesia dan Masyumi, karena keterlibatan kedua partai tersebut dalam pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tahun 1958di Sumatera.

Pers pada masa Orde Baru
Pertumbuhan pers yang marak di satu pihak cukup sangat menggembirakan, tapi dilain pihak perlu diwaspadai. Karena masih banyak surat kabar atau majalah yangterdorong oleh tujuan komersial ataupun motif lainnya menyajikan berita-beritasensasional tanpa adanya norma-norma kesusilaan, sopan santun, kerahasian Negara dankurang memperhatikan akibat tulisan yang dapat menyebabkan disintegrasi rakyat.

Pers pada masa Reformasi
Pada masa reformasi, pers Indonesia menikmati kebebasan pers. Pada masa initerbentuk UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Era reformasi ditandai denganterbukanya keran kebebasan informasi. Di dunia pers, kebebasan itu ditunjukkan dengandipermudahnya pengurusan SIUPP. Sebelum tahun 1998, proses untuk memperolehSIUPP melibatkan 16 tahap, tetapi dengan instalasi Kabinet BJ. Habibie proses tersebutmelibatkan 3 tahap saja.

No posts.
No posts.